Masyarakat Rote Ndao perlu waspada terhadap Praktek PolitikUang.
Politik uang merupakan fenomena baru pemilu kepaladaerah (pilkada) yang muncul dalam beberapa pilkada, terakhir kasus yang
dituduhkan kepada istri Gubernur Frans Lebu Raya yang juga Calon Gubernur NTT
periode 2013 – 2018 paket Frenly. Dalam Pilkada,
Politik uang tidak bisa terelakkan dan hal inilah yang merupakan langkah awal
dimulainya korupsi. Pilkada lebih didominasi oleh manipulasi perhitungan suara
dan pemilih, yang dilakukan oleh panitia pemilih dan birokrasi pemerintah. Adanya
upaya untuk memengaruhi pemilih dilakukan oleh Pihak yang dalam berpolitik tetapi masih menggunakan
fasilitas publik, seperti promosi karier seseorang pejabat eselon, camat hingga
staf biasa selalu berkaitan dengan tim sukses.
Perkembangan ini barangkali ada kaitannya dengan
semakin terbukanya penyelenggaraan pilkada karena dijalankan oleh sebuah
lembaga yang relatif independen, bukan oleh birokrasi pemerintah seperti di
masa lalu. Pendek kata, korupsi pemilu kini telah bergeser ke dalam bentuk
pembelian suara (vote buying), baik langsung atau tidak.
Melihat modus dan bentuk politik uang yang terbuka
tadi, bisa disimpulkan wilayah yang paling rawan politik uang adalah masyarakat
miskin yang sering disebut sebagai pemilih irasional. Jika angka perkiraan
figur pemilih dapat dipercaya, yaitu sekitar 70 persen, pemilih kita tergolong
sebagai locked-in electorates, meminjam istilah James Scott, yang sangat
terikat dengan kondisi sosial-ekonomi dan sangat dipengaruhi oleh community
leader-nya. Maka, bila tak ada perubahan perilaku pemilih, bisa dipastikan
calon bupati – wakil bupati Rote Ndao periode 2014 – 2019 akan berpolitik uang.
Sesungguhnya, politik uang dalam bentuk pembelian
suara secara langsung akan merisaukan. Untuk
itu masyarakat Rote Ndao, mari kita tunjukan bahwa politik uang tidak akan
berpengaruh untuk meneguhkan loyalitas pendukung tradisional mereka dan tidak
terlalu efektif untuk menarik pemilih karena ORANG ROTE TIDAK BISA DIBELI. Dan mari
kita bersama – sama katakan kepada masyarakat dikampung yang belum mengerti
"AMBIL SAJA UANG MEREKA TAPI JANGAN PILIH MEREKA".
Politik Uang untungkan paket calon “kaya”
Pilkada di mana saja membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Sistem pilkada sekarang jelas membutuhkan uang lebih banyak. Di tengah
suburnya politik uang dan mayoritas pemilih irasional, bisa jadi demokrasi
langsung, suka tidak suka, akan menguntungkan paket calon yang kaya atau yang
dibekengi oleh kelompok bisnis tertentu. Faktanya, tokoh-tokoh kita ada yang
mengatakan “saya tidak ada uang tetapi dibelakang saya mereka punya banyak uang”.
Hasil penelusuran di desa – desa di Kabupaten Rote Ndao ternyata sudah ada Aksi “bagi – bagi uang” yang telah digencarkan sejak beberapa minggu terakhir oleh tim – tim sukses dari salah satu Paket Calon Bupati – Wakil Bupati Rote Ndao periode 2014 – 2019. Entah disebut dengan istilah Politik Uang atau tidak tetapi jika menang dengan cara seperti ini maka Rote Ndao-ku akan menjadi apa lima tahun kedepan?.
Soda Molek!
Jangan Lupa Kasih Komentar dibawah ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar